PENGORBANANSEORANG AYAH- - (Cerpen) CERPEN 1. "Maaf ada berita sedih dari kampung. Apa"??. Terkejut selepas abang sulung memberitahu berita buruk memlaui telefon. "ayah bagaimana sekarang, siapa yang menjaganya?, Ibu yang terpakasa jaga ayah. Habis tu boleh ka ibu uruskan semuanya kalau abang tak datang sekali.
Kisah Inspiratif ini adalah cerita untuk memotivasi orang-orang yang mengidap penyakit tertentu agar dapat menjadi inspirasi dan motivasi untuk melawan penyakit yang dari seorang yang konsultasi dengan Dokter "sesepuh", lalu Sang Dokter menceritakan pengalamannya menangani penderita penyakit kanker dan lainnya yang telah divonis, namun sembuh berkat keyakinanEntah cerita hidup seseorang yang memotivasi yang dipublikasikan blog fiksi, kisah nyata atau bukan, namun yang pasti adalah kisah inspiratif yang memotivasi dan memiliki makna positif untuk jadi inspirasi hidup pengidap penyakit tertentu agar menjadi motivasi dalam kehidupan untuk lebih jelas cerita inspiratif yang memotivasi yang berisih kisah inspiratif melawan penyakit disimak saja dibawah iniKisah inspiratif motivasi kehidupanKami sedang antri periksa kesehatan. Dokter yang kami kunjungi ini termasuk dokter sepuh -berusia sekitar tujuh puluhan- spesialis penyakit..."Silakan duduk," sambut duduk di depan meja kerjanya, mengamati pria sepuh berkacamata ini yang sedang sibuk menulis identitasku di kartu pasien."Apa yang dirasakan, Mas?"Aku pun bercerita tentang apa yang kualami sejak 2013 hingga saat ini. Mulai dari awal merasakan sakit maag, peristiwa-peristiwa kram perut, ambruk berkali-kali, gejala dan vonis tipes, pengalaman opnam dan endoskopi, derita GERD, hingga tentang radang duodenum dan praktek tata pola makan Food Combining yang kulakoni."Kalau kram perutnya sudah enggak pernah lagi, Pak," ungkapku, "Tapi sensasi panas di dada ini masih kerasa, panik juga cemas, mules, mual. Kalau telat makan, maag saya kambuh. Apalagi setelah beberapa bulan tata pola makan saya amburadul lagi.""Tapi buat puasa kuat ya?""Kuat, Pak.""Orang kalau kuat puasa, harusnya nggak bisa kena maag!"Aku terbengong, menunggu penjelasan."Asam lambung itu," terang Pak Paulus, "Diaktifkan oleh instruksi otak kita. Kalau otak kita bisa mengendalikan persepsi, maka asam lambung itu akan nurut sendiri. Dan itu sudah bisa dilakukan oleh orang-orang puasa.""Maksudnya, Pak?""Orang puasa 'kan malamnya wajib niat to?""Njih, Pak.""Nah, niat itulah yang kemudian menjadi kontrol otak atas asam lambung. Ketika situ sudah bertekad kuat besok mau puasa, besok nggak makan sejak subuh sampai maghrib, itu membuat otak menginstruksikan kepada fisik biar kuat, asam lambung pun terkendali. Ya kalau sensasi lapar memang ada, namanya juga puasa. Tapi asam lambung tidak akan naik, apalagi sampai parah. Itu syaratnya kalau situ memang malamnya sudah niat mantap. Kalau cuma di mulut bilang mau puasa tapi hatinya nggak mantap, ya tetap nggak kuat. Makanya niat itu jadi kewajiban, 'kan?""Iya, ya, Pak," aku manggut-manggut nyengir."Manusia itu, Mas, secara ilmiah memang punya tenaga cadangan hingga enam puluh hari. Maksudnya, kalau orang sehat itu bisa tetap bertahan hidup tanpa makan dalam keadaan sadar selama dua bulan. Misalnya puasa dan buka-sahurnya cuma minum sedikit. Itu kuat. Asalkan tekadnya juga kuat."Aku melongo lagi."Makanya, dahulu raja-raja Jawa itu sebelum jadi raja, mereka tirakat dulu. Misalnya puasa empat puluh hari. Bukanya cuma minum air kali. Itu jaman dulu ya, waktu kalinya masih bersih. Hahaha," ia tertawa ringan, menambah rona wajahnya yang memang kelihatan masih segar meski keriput penanda ia mengambil sejilid buku di rak sebelah kanan meja kerjanya. Ya, ruang praktek dokter dengan rak buku. Keren sekali. Aku lupa judul dan penulisnya. Ia langsung membuka satu halaman dan menunjukiku beberapa baris kalimat yang sudah distabilo hijau."Coba baca, Mas 'mengatakan adalah mengundang, memikirkan adalah mengundang, meyakini adalah mengundang'. Jadi kalau situ memikirkan; 'ah, kalau telat makan nanti asam lambung saya naik', apalagi berulang-ulang mengatakan dan meyakininya, ya situ berarti mengundang penyakit itu. Maka benar kata orang-orang itu bahwa perkataan bisa jadi doa. Nabi Musa itu, kalau kerasa sakit, langsung mensugesti diri; ah sembuh. Ya sembuh. Orang-orang debus itu nggak merasa sakit saat diiris-iris kan karena sudah bisa mengendalikan pikirannya. Einstein yang nemuin bom atom itu konon cuma lima persen pendayagunaan otaknya. Jadi potensi otak itu luar biasa," papar Pak Paulus."Jadi kalau jadwal makan sembarangan berarti sebenarnya nggak apa-apa ya, Pak?""Nah, itu lain lagi. Makan harus tetap teratur, ajeg, konsisten. Itu agar menjaga aktivitas asam lambung juga. Misalnya situ makan tiga kali sehari, maka jarak antara sarapan dan makan siang buatla sama dengan jarak antara makan siang dan makan malam. Misalnya, sarapan jam enam pagi, makan siang jam dua belas siang, makan malam jam enam petang. Kalau siang, misalnya jam sebelas situ rasanya nggak sempat makan siang jam dua belas, ya niatkan saja puasa sampai sore. Jangan mengundur makan siang ke jam dua misalnya, ganti aja dengan minum air putih yang banyak. Dengan pola yang teratur, maka organ di dalam tubuh pun kerjanya teratur. Nah, pola teratur itu sudah bisa dilakukan oleh orang-orang yang puasa dengan waktu buka dan sahurnya.""Ooo, gitu ya Pak," sahutku baru menyadari."Tapi ya itu tadi. Yang lebih penting adalah pikiran situ, yakin nggak apa-apa, yakin sembuh. Allah sudah menciptakan tubu kita untuk menyembuhkan diri sendiri, ada mekanismenya, ada enzim yang bekerja di dalam tubuh untuk penyembuhan diri. Dan itu bisa diaktifkan secara optimal kalau pikiran kita optimis. Kalau situ cemas, takut, kuatir, justru imunitas situ turun dan rentan sakit juga."Pak Paulus mengambil beberapa jilid buku lagi, tentang 'enzim kebahagiaan' endorphin, tentang enzim peremajaan, dan beberapa tema psiko-medis lain tulisan dokter-dokter Jepang dan Mesir."Situ juga berkali-kali divonis tipes ya?""Iya, Pak.""Itu salah kaprah.""Maksudnya?""Sekali orang kena bakteri thypoid penyebab tipes, maka antibodi terhadap bakteri itu bisa bertahan dua tahun. Sehingga selama dua tahun itu mestinya orang tersebut nggak kena tipes lagi. Bagi orang yang fisiknya kuat, bisa sampai lima tahun. Walaupun memang dalam tes widal hasilnya positif, tapi itu bukan tipes. Jadi selama ini banyak yang salah kaprah, setahun sampai tipes dua kali, apalagi sampai opnam. Itu biar rumah sakitnya penuh saja. Kemungkinan hanya demam biasa.""Haah?""Iya Mas. Kalaupun tipes, nggak perlu dirawat di rumah sakit sebenarnya. Asalkan dia masih bisa minum, cukup istirahat di rumah dan minum obat tipes. Sembuh sudah. Dulu, pernah di RS Sardjito, saya anjurkan agar belasan pasien tipes yang nggak mampu, nggak punya asuransi, rawat jalan saja. Yang penting tetep konsumsi obat dari saya, minum yang banyak, dan tiap hari harus cek ke rumah sakit, biayanya gratis. Mereka nurut. Itu dalam waktu maksimal empat hari sudah pada sembuh. Sedangkan pasien yang dirawat inap, minimal baru bisa pulang setelah satu minggu, itupun masih lemas.""Tapi 'kan pasien harus bedrest, Pak?""Ya 'kan bisa di rumah.""Tapi kalau nggak pakai infus 'kan lemes terus Pak?""Nah situ nggak yakin sih. Saya yakinkan pasien bahwa mereka bisa sembuh. Asalkan mau nurut dan berusaha seperti yang saya sarankan itu. Lagi-lagi saya bilang, kekuatan keyakinan itu luar biasa lho, Mas."Dahiku berkernyit. Menunggu lanjutan cerita."Dulu," lanjut Pak Paulus, "Ada seorang wanita kena kanker payudara. Sebelah kanannya diangkat, dioperasi di lama, ternyata payudara kirinya kena juga. Karena nggak segera lapor dan dapat penanganan, kankernya merembet ke paru-paru dan jantung. Medis di Sardjito angkat divonis punya harapan hidup maksimal hanya empat bulan.""Lalu, Pak?" tanyaku antusias."Lalu dia kesini ketemu saya. Bukan minta obat atau cuma nanya; 'Pak Paulus, saya sudah divonis maksimal empat bisa nggak kalau diundur jadi enam bulan?'Saya heran saat itu, saya tanya bilang bahwa enam bulan lagi anak bungsunya mau nikah, jadi pengen 'menangi' momen itu.""Waah.. Lalu, Pak?""Ya saya jelaskan apa adanya. Bahwa vonis medis itu nggak seratus persen, walaupun prosentasenya sampai sembilan puluh sembilan persen, tetap masih ada satu persen berupa kepasrahan kepada Tuhan yang bisa mengalahkan vonis medis sekalipun. Maka saya bilang; sudah Bu, situ nggak usah mikir bakal mati empat bulan lagi. Justru situ harus siap mental, bahwa hari ini atau besok situ siap mati. Kapanpun mati, siap! Begitu, situ pasrah kepada Tuhan, siap menghadap Tuhan kapanpun. Tapi harus tetap berusaha bertahan hidup."Aku tambah melongo. Tak menyangka ada nasehat macam itu. Kukira ia akan memotivasi si ibu agar semangat untuk sembuh, malah disuruh siap mati kapanpun. O iya, mules mual dan berbagai sensasi ketidaknyamanan sudah tak kurasakan lagi."Dia mau nurut. Untuk menyiapkan mental siap mati kapanpun itu dia butuh waktu satu bulan. Dia bilang sudah mantap, pasrah kepada Tuhan bahwa dia siap. Dia nggak lagi mengkhawatirkan penyakit itu, sudah sangat enjoy. Nah, saat itu saya cuma kasih satu macam obat. Itupun hanya obat anti mual biar dia tetap bisa makan dan punya energi untuk melawan kankernya. Setelah hampir empat bulan, dia check-up lagi ke Sardjito dan di sana dokter yang meriksa geleng-geleng. Kankernya sudah berangsur-angsur hilang!""Orangnya masih hidup, Pak?""Masih. Dan itu kejadian empat belas tahun lalu.""Wah, wah, wah..""Kejadian itu juga yang menjadikan saya yakin ketika operasi jantung dulu.""Lhoh, njenengan pernah Pak?""Iya. Dulu saya operasi bedah jantung di Jakarta. Pembuluhnya sudah rusak. Saya ditawari pasang ring. Saya nggak mau. Akhirnya diambillah pembuluh dari kaki untuk dipasang di jantung. Saat itu saya yakin betul sembuh cepat. Maka dalam waktu empat hari pasca operasi, saya sudah balik ke Jogja, bahkan dari bandara ke sini saya nyetir sendiri. Padahal umumnya minimal dua minggu baru bisa pulang. Orang yang masuk operasi yang sama bareng saya baru bisa pulang setelah dua bulan."Pak Paulus mengisahkan pengalamannya ini dengan mata berbinar. Semangatnya meluap-luap hingga menular ke pasiennya ini. Jujur saja, penjelasan yang ia paparkan meningkatkan harapan sembuhku dengan begitu ketika dua tahun lalu pada saat ngobrol dengan Bu Anung tentang pola makan dan kesehatan. Semangat menjadi kembali segar!"Tapi ya nggak cuma pasrah terus nggak mau usaha. Saya juga punya kenalan dokter," lanjutnya,"Dulu tugas di Bethesda, aslinya Jakarta, lalu pindah mukim di Tennessee, sana dia kena kanker stadium empat. Setelah divonis mati dua bulan lagi, dia akhirnya pasrah dan pasang mental siap mati suatu hari dia jalan-jalan ke perpustakaan, dia baca-baca buku tentang Afrika. Lalu muncul rasa penasaran, kira-kira gimana kasus kanker di Afrika. Dia cari-cari referensi tentang itu, nggak ketemu. Akhirnya dia hubungi kawannya, seorang dokter di Afrika itu nggak bisa jawab. Lalu dihubungkan langsung ke kementerian kesehatan sana. Dari kementerian, dia dapat jawaban mengherankan, bahwa di sana nggak ada kasus kanker. Nah dia pun kaget, tambah penasaran."Pak Paulus jeda sejenak. Aku masih menatapnya penuh penasaran juga,"Lanjut, Pak," benakku."Beberapa hari kemudian dia berangkat ke Afrika Tengah. Di sana dia meneliti kebiasaan hidup orang-orang pribumi. Apa yang dia temukan? Orang-orang di sana makannya sangat sehat. Yaitu sayur-sayuran mentah, dilalap, nggak dimasak kayak porsi makan itu tiga perempat ya sayuran, sisanya yang seperempat untuk menu karbohidrat. Selain itu, sayur yang dimakan ditanam dengan media yang organik. Pupuknya organik pake kotoran hewan dan sisa-sisa ya betul-betul sehat. Nggak kayak kita, sudah pupuknya pakai yang berbahaya, eh pakai dimasak pula. Serba salah beras merah dan hitam yang sehat-sehat itu, kita nggak mau makan. Malah kita jadikan pakan burung, ya jadinya burung itu yang sehat, kitanya sakit-sakitan."Keterangan ini mengingatkanku pada obrolan dengan Bu Anung tentang sayur mayur, menu makanan serasi, hingga beras sehat. Pas sekali."Nah dia yang awalnya hanya ingin tahu, akhirnya ikut-ikutan. Dia tinggal di sana selama tiga mingguan dan menalani pola makan seperti orang-orang Afrika itu.""Hasilnya, Pak?""Setelah tiga minggu, dia kembali ke Tennessee. Dia mulai menanam sayur mayur di lahan sempit dengan cara alami. Lalu beberapa bulan kemudian dia check-up medis lagi untuk periksa kankernya,""Sembuh, Pak?""Ya! Pemeriksaan menunjukkan kankernya hilang. Kondisi fisiknya berangsur-angsur membaik. Ini buki bahwa keyakinan yang kuat, kepasrahan kepada Tuhan, itu energi yang luar biasa. Apalagi ditambah dengan usaha yang logis dan sesuai dengan fitrah tubuh. Makanya situ nggak usah cemas, nggak usah takut.."Takjub, tentu momen ini Pak Paulus menghujaniku dengan pengalaman-pengalamannya di dunia kedokteran, tentang kisah-kisah para pasien yang punya optimisme dan pasien yang jadi teringat kisah serupa yang menimpa alumni Madrasah Huffadh Al-Munawwir, pesantren tempatku belajar saat santri ini mengidap tumor ganas yang bisa berpindah-pindah divonis dokter hanya mampu bertahan hidup dua bulan. Terkejut atas vonis ini, ia misuh-misuh di depan dokter saat pada akhirnya ia mampu menerima kenyataan pun bertekad menyongsong maut dengan percaya diri dan ibadah. Ia sowan ke Romo Kiai, menyampaikan maksudnya oleh Romo Kiai, santri ini diijazahi diberi rekomendasi amalanRiyadhoh Qur'an, yakni amalan membaca Al-Quran tanpa henti selama empat puluh hari penuh, kecuali untuk memenuhi hajat dan kewajiban pun dimulai. Ia lalui hari-hari dengan membaca Al-Quran tanpa di pojokan aula Madrasah Huffadh yang sekarang. Karena merasa begitu dingin, ia jadikan karpet sebagai ke tiga puluh, ia sering muntah-muntah, keringatnya pun sudah begitu mirip bangkai tikus,kenang narasumber yang menceritakan kisah ini padaku. Hari ke tiga puluh lima, tubuhnya sudah nampak lebih segar, dan ajaibnya; benjolan tumornya sudah rampung riyadhoh empat puluh hari itu, dia kembali periksa ke rumah sakit di mana ia divonis rumah sakit pun heran. Penyakit pemuda itu sudah hilang, bersih, dan menunjukkan kondisi vital yang sangat sehat!Aku pribadi sangat percaya bahwa gelombang yang diciptakan oleh ritual ibadah bisa mewujudkan energi positif bagi energi penyembuhan bagi mereka yang tidak mudah untuk sampai ke frekuensi itu, namun harus sering dilatih. Hal ini diiyakan oleh Pak Paulus."Untuk melatih pikiran biar bisa tenang itu cukup dengan tarik napas lewat hidung dalam-dalam selama lima detik, kemudian tahan selama tiga detik. Lalu hembuskan lewat mulut sampai tuntas. Lakukan tujuh kali setiap sebelum Shubuh dan sebelum sangat efektif. Kalau orang pencak, ditahannya bisa sampai tujuh detik. Tapi kalau untuk kesehatan ya cukup tiga detik saja."Nah, anjuran yang ini sudah kupraktekkan sejak lama. Meskipun dengan tata laksana yang sedikit untuk mengatasi insomnia. Memang ampuh. Yakni metode merasa susah tidur alias insomnia, itu pengaruh pikiran yang masih terganggu berbagai pikiran perlu ditenangkan, yakni dengan pernapasan. Tak perlu 0bat, bivs, atau sejenisnya, murah tarik napas lewat hidung sampai detik ke empat, lalu tahan sampai detik ke tujuh, lalu hembuskan lewat mulut pada detik ke delapan. Ulangi sebanyak empat sampai lima iya mata kita tidak langsung terpejam ngantuk, tapi pikiran menadi rileks dan beberapa menit kemudian tanpa terasa kita sudah terlelap. Awalnya aku juga agak ragu, tapi begitu kucoba, ternyata memang ampuh. Bahkan bagi yang mengalami insomnia sebab rindu akut sekalipun."Gelombang yang dikeluarkan oleh otak itu punya energi sendiri, dan itu bergantung dari seberapa yakin tekad kita dan seberapa kuat konsentrasi kita," terangnya,"Jadi kalau situ sholat dua menit saja dengan khusyuk, itu sinyalnya lebih bagus ketimbang situ sholat sejam tapi pikiran situ kemana-mana, hehehe."Duh, terang saja aku tersindir di kalimat ini."Termasuk dalam hal ini adalah keampuhan sholat malam. Sholat tahajud. Itu ketika kamu baru bangun di akhir malam, gelombang otak itu pada frekuensi Alpha. Jauh lebih kuat daripada gelombang Beta yang teradi pada waktu Isya atau Shubuh. Jadi ya logis saja kalau doa di saat tahajud itu begitu cepat 'naik' dan terkabul. Apa yang diminta, itulah yang diundang. Ketika tekad situ begitu kuat, ditambah lagi gelombang otak yang lagi kuat-kuatnya, maka sangat besar potensi terwujud doa-doa situ."Tak kusangka Pak Paulus bakal menyinggung perihal sholat segala. Aku pun ternganga. Ia menunjukkan sampul buku tentang 'enzim panjang umur'."Tubuh kita ini, Mas, diberi kemampuan oleh Allah untuk meregenerasi sel-sel yang rusak dengan bantuan enzim tertentu, populer disebut dengan enzim panjang umur. Secara berkala sel-sel baru terbentuk, dan yang lama dibuang. Ketika pikiran kita positif untuk sembuh, maka yang dibuang pun sel-sel yang terkena penyakit. Menurut penelitian, enzim ini bisa bekerja dengan baik bagi mereka yang sering merasakan lapar dalam tiga sampai empat hari sekali."Pak Paulus menatapku, seakan mengharapkan agar aku menyimpulkan sendiri."Puasa?""Ya!""Senin-Kamis?""Tepat sekali! Ketika puasa itu regenerasi sel berlangsung dengan optimal. Makanya orang puasa sebulan itu juga harusnya bisa jadi detoksifikasi yang ampuh terhadap berbagai penyakit."Lagi-lagi,aku asing dengan teori ini."Pokoknya situ harus merangsang tubuh agar bisa menyembuhkan diri sendiri. Jangan ketergantungan dengan obat. Suplemen yang nggak perlu-perlu amat,nggak usahlah. Minum yang banyak, sehari dua liter, bisa lebih kalau situ banyak berkeringat, ya tergantung kebutuhan. Tertawalah yang lepas, bergembira, nonton film lucu tiap hari juga bisa merangsang produksi endorphin, hormon kebahagiaan. Itu akan sangat mempercepat kesembuhan. Penyakit apapun itu! Situ punya radang usus kalau cemas dan khawatir terus ya susah sembuhnya. Termasuk asam lambung yang sering kerasa panas di dada itu."Terus kusimak baik-baik anjurannya sambil mengelus perut yang tak lagi terasa begah. Aneh."Tentu saja seperti yang saya sarankan, situ harus teratur makan, biar asam lambung bisa teratur juga. Bangun tidur minum air hangat dua gelas sebelum diasupi yang lain. Ini saya kasih vitamin saja buat situ, sehari minum satu saja. Tapi ingat, yang paling utama adalah kemantapan hati, yakin, bahwa situ nggak apa-apa. Sembuh!"Begitulah. Perkiraanku yang tadinya bakal disangoni berbagai macam jenis obat pun dua puluh rangkai kaplet vitamin biasa, Obivit, suplemen makanan yang tak ada ?;kaitannya dengan asam lambung apalagi satu jam kami ngobrol di ruang praktek itu, tentu saja ini pengalaman yang tak biasa. Seperti konsultasi dokter pribadi saja saat keluar, kulihat masih ada dua pasien lagi yang kelihatannya sudah begitu jengah menunggu."Yang penting pikiran situ dikendalikan, tenang dan berbahagia saja ya," ucap Pak Paulus sambil menyalamiku ketika hendak jujur saja, aku pulang dalam keadaan bugar, sama sekali tak merasa mual, mules, dan kasih Pak Paulus.

CerpenKamis, 15 September 2016. TENTANG RASA SEORANG SAHABAT . Saat ini aku ingin semua tahu dengan perasaanku, perasaan yang amat perih. Aku hanya dapat mengurung diri di dalam kamar dengan di temani berbagai benda-benda yang terdapat di kamarku. Aku tidak ingin kalian tahu bahwa aku sedang sedih, aku tak mau jadi beban pikiran kalian.

Sabtu, Januari 04, 2020 Om itu mendorong seorang gadis hingga terjatuh di sofa dan berucap, "Kamu tahukan harus apa?" Lalu gadis dengan paha mulus itu menjawab, "Iya om, jangan melawan dan biarkan om lakukan apapun ke saya, tapi jangan kasar ya om!" Dibalas dengan bentakan, "Kalau kamu mau tahu tentang penyakit yang diinginkan orang-orang sebaiknya turuti om!" Tiba-tiba seorang pemuda masuk dan langsung bicara, "Kamu, gadis yang polos, akan memiliki cerita sedih yang tak terlupakan. Sebaiknya jangan kamu turuti om itu." Gadis itu melihat ke asal suara dan benar itu pemuda yang memiliki penyakit dan terlihat tidak sedih justru senang. Om itu bicara ke si pemuda, "Jangan rusak kesenangan om, wahai anak muda." Pemuda itu menjawab, "Anda tidak bisa memanfaatkan kekurangan saya untuk mendapatkan keinginan om dan merugikan orang lain. Saya akan melaporkannya ke kepolisian!" Kemudian si om itu mengancam si pemuda, "Jika kamu melakukan itu maka om akan menghabisimu!" Si pemuda dengan santainya mengeluarkan air minum teh hangatnya kemudian duduk di meja lalu berucap, "Saat masuk, wajah om sudah saya rekam dan rekaman itu sudah saya kirimkan ke teman saya. Jika saya ditemukan tewas maka teman saya akan laporkan om. Lalu polisi akan mencari om di manapun berada dan menghukum mati om." Om itu terlihat takut lalu mulai memujuk si pemuda, "Lihat gadis ini, dia cantik. Kita bisa menikmatinya bersama." Si pemuda itu lalu mengancam balik si om, "Sebaiknya anda pergi, sebelum saya perintahkan teman saya mengirim video om!" Dengan kesal si om itu pergi sambil berucap, "Dasar anak muda, ingin menang sendiri dan bermaksud menikmati gadis itu sendirian saja." Pemuda itu mengeluarkan dua gelas. Satu di isi penuh dan satunya dibiarkan kosong. Si gadis yang penasaran lalu beranjak dari sofa dan mendekati si pemuda lalu duduk di kursi kosong berhadapan ke meja yang sama dengan si pemuda. Gadis bicara, "Kamu menularkan penyakitmu padaku? Aku akan lakukan apapun maumu." Si pemuda itu menjawab, "Cukup menggoda. Sayangnya penyakit kanker usia ini tidak bisa ditularkan." Si gadis itu bicara memohon, "Aku menginginkan penyakitmu yang membuat tubuh dan penampilanmu terlihat terus seperti diusia 25 tahun padahal kamu sudah berumur 50 tahun." Dan si pemuda tersenyum, "Aku mengidap penyakit ini saat berusia 25 tahun. Hingga sekarang tidak ada yang memiliki penyakit sepertiku. Aku satu-satunya." Si gadis terdiam, dia terlihat kesal dan ketika ingin meminum gelas terisi air teh hangat yang penuh, si pemuda merebutnya. Lalu menuangkan setengah isinya ke gelas yang kosong. Kemudian meletakan kembali gelas tadi di depan si gadis sambil berucap, "Jangan mau menerima minuman dari orang asing. Pastikan dulu itu aman." Si gadis terlihat kagum ketika si pemuda meminum duluan air teh yang sama itu di gelas yang dituangkannya. Hingga tersisa sedikit. Si gadis lalu berucap, "Aku tahu kenapa kamu dikutuk jadi awet muda selalu. Itu karena kamu selalu menghormati perempuan." Kali ini si pemuda yang terdiam dan si gadis mulai meminum air teh hangat yang di depannya. Si gadia lalu berucap, "Air teh ini menenangkanku dari kesedihanku saat mengetahui penyakit kamu tidak bisa ditularkan. Tapi aku tetap mengagumimu. Karena tidak mau memanfaafkan kesempatan untuk menikmatiku dan kamu juga memastikan minuman yang kamu berikan bukanlah obat tidur." Kali ini si pemuda tersenyum. Dan senyuman si pemuda tiba-tiba menghilang ketika si gadis berucap, "Jadi, aku ingin selalu ada di dekatmu. Mungkin itu akan menularkan penyakitmu ke aku. Karena selama ini kamu selalu sendiri." Si pemuda beranjak dari tempat duduknya dan segera ingin pergi. Si gadis dengan cepat berteriak, "Aku ingin menemanimu agar kamu tidak lagi kesepian..." Si pemuda terdiam saat berada di muka pintu, dia lalu berucap, "Kita baru bertemu, dan kamu cuma tahu aku dari kata orang. Aku juga tahu tentang kamu di sini dari kata orang. Sebaiknya jangan kamu biarkan orang asing memasuki rumahmu. Karena kamu cuma tinggal sendiri di sini." Denhan cepat si gadis berucap, "Oleh karena itu, aku ingin berteman denganmu. Karena aku juga kesepian sama sepertimu dan kita bisa saling mengenal langsung." Si pemuda tanpa ekspresi menjawab sambil pergi, "Lakukan saja yang kamu mau." Si gadis tersenyum lalu berlari mendekati si pemuda dan mereka berjalan bersama. Semenjak itu si gadis menjadi sahabat setia si pemuda itu. Selesai Cerpententang Cinta ^^ Jumat, 13 Juli 2012. me n my boy frend ^^ 05_06_11 Diposting oleh Cerpen Cinta Sedih - Penghianatan Tapi aku selalu berusaha enggak mikir yang macam-macam. Lalu aku coba sms Dila. "say , kok kamu berubah siih sama aku ?" dulu waktu aku pertama kali mendengar kalok aku menderita penyakit leukimia aku sama Gunawan Tri Atmojo /1/ Perempuan Muda dan Lelaki Tua Seperti biasa, sore itu ruang praktik Dokter Jolubo dipenuhi pasien. Dokter Jolubo adalah dokter umum yang memiliki tingkat kecocokan tinggi terhadap para pasiennya. Dia telaten dan teliti sehingga banyak pasien yang seharusnya berobat ke dokter spesialis memilih berkonsultasi kepadanya. Dua belas pasien antre di ruang tunggu itu. Jumlah itu pas dengan kursi yang tersedia. Jika ada tambahan pasien maka ia harus menunggu di luar ruangan. Di sudut tenggara ruangan itu seorang lelaki tua dan perempuan muda duduk bersisihan menunggu giliran diperiksa. “Dapat nomor antrean berapa Dik?” “Tiga. Kalau Bapak nomor berapa?” “Sembilan. Berarti sebentar lagi giliranmu. Antre dari pukul berapa Dik? “Tadi saya ambil nomor antreannya pagi Pak. Kalau tidak begitu bisa kelamaan antrenya.” “Harusnya saya juga begitu. Sakit apa Dik?” “Gusi berdarah Pak. Sudah seminggu tak sembuh-sembuh.” Mendengar jawaban itu, si lelaki tergelak lalu terbatuk-batuk. Semakin berusaha ia tahan tawanya semakin gencar batuk melandanya. “Masak hanya karena sariawan Adik periksa ke dokter dan dibelain ambil antrean dari pagi?” Terdengar nada meledek dalam pertanyaan lelaki itu yang kembali disusul dengan serentetan batuk tepat di sisi wajah si perempuan yang tampak mulai sebal dengan lelaki di sebelahnya. “Gusi berdarah itu beda dengan sariawan Pak. Ini juga sudah saya obati sendiri tapi tidak sembuh-sembuh dan mengganggu kerja saya sebagai penyiar radio.” “Betul Dik. Aku juga mendengar pengaruhnya. Setiap kata yang kamu ucapkan seakan diakhiri huruf s’. Kamu seperti mendesis-desis.” Lelaki itu kembali terbahak dan dengan serta merta batuk menyerangnya. Cara bercanda itu sama sekali tak terdengar lucu bagi perempuan itu. “Mampus kau dihajar batuk. Ayo teruslah menggonggong Pak Tua,” batin perempuan itu seraya tetap berusaha menjaga kesopanan. Akan tetapi, lelaki itu tampaknya memang sengaja dikirim untuk menambah ujian kesabarannya sebagai orang sakit. “Adik kan cuma sakit gusi berdarah, maukah bertukar nomor antrean dengan saya?” Permintaan lelaki itu lagi-lagi terdengar sangat melecehkan penyakitnya. “Memangnya ada yang salah jika sakit gusi berdarah berobat ke dokter?” batinnya. Barangkali dia akan mempertimbangkan permintaannya jika lelaki itu lebih sopan, lagipula dia sudah berjuang antre dari pagi, maka dia memutuskan untuk menolaknya. “ Maaf Pak, saya tidak bisa. Saya ada siaran setelah ini.” Ada nada kepuasan dalam jawaban itu yang membuat batuk si lelaki membadai dan disertai dahak, yang menjadikan perempuan itu merasa agak bersalah dan memerlukan basa-basi tambahan untuk menetralisirnya. “Kalau Bapak sakit apa?” Lelaki itu menjawabnya dengan disela batuk. “Te…be…ce…. TBC Dik.” Perempuan itu tak bisa menyembunyikan kekagetannya. Dia tahu pasti bahwa TBC itu penyakit yang ditularkan lewat kontak langsung dengan penderitanya. Dan lelaki itu sudah batuk-batuk sekitar setengah jam di dekatnya. Sudah berapa banyak mikrobakteri yang terhirup olehnya? Dengan gemetar, dia bergegas meninggalkan lelaki yang masih sibuk dengan batuknya itu. Dia mendekat ke ruang periksa meski nomor antreannya belum dipanggil. Tiba-tiba gusi berdarahnya tak lagi terasa sakit, tetapi kini dia justru dicemaskan oleh kemungkinan serangan penyakit lain yang jauh lebih ganas. /2/ Cakar Ayam Suatu ketika dalam pacaran kami yang membahagiakan, aku dan isteriku pernah saling mengajukan lelucon mengenai cakar ayam. Aku yang memulai lelucon itu dengan pertanyaan singkat. “Menurutmu, bagi ayam, cakarnya itu kaki atau tangan?” “Kaki, karena ia digunakan untuk berjalan.” “Salah. Cakar itu adalah tangan ayam. Lihatlah ketika ayam itu gatal, maka dia akan menggaruk dengan cakarnya, mana ada menggaruk itu menggunakan kaki? Manusia juga mencakar menggunakan tangan, bukan kaki.” “Betul juga, bahkan ketika memegang makanan yang bentuknya agak besar atau memanjang, ayam akan menggenggamnya dengan cakar. Biasanya cakar yang digunakan juga sebelah kanan. Benar-benar ayam yang sopan dan mengerti tatakrama. Kamu pernah tahu ada ayam yang kidal?” Aku tergelak mendengar jawabannya ini. Dia memang lebih lucu dibandingkan aku dan itu salah satu alasanku jatuh cinta kepadanya. “Dengan itu pula berarti ayam adalah binatang yang paling atraktif. Dia layak memimpin sirkus karena konsisten berjalan dengan tangannya. Kini giliranmu bercerita.” Dia hanya tersenyum mendengar leluconku barusan, terdiam sejenak lalu memulai leluconnya. “Dahulu nenekku yang sudah lama dirawat di rumah sakit dan akhirnya diizinkan pulang ingin menyuapiku. Waktu itu umurku lima tahun. Aku tak tahu penyakit apa yang diderita nenek tapi aku diperintahkan untuk menjauhinya. Saat itu nenek bersikeras menyuapiku dan berkata kepada ibuku, yang juga adalah anaknya, bahwa dia telah sembuh.” Dia menghentikan ceritanya dan menghela napas. Aku menunggu dan mengira bahwa ini akan jadi cerita sedih yang berlawanan dengan kesepakatan awal kami. “Akhirnya ibuku memperbolehkan nenek menyuapiku. Kami pun ke teras. Nenek duduk di kursi membawa mangkuk nasi beserta lauknya sedangkan aku makan sambil bermain-main. Aku menghampiri nenek begitu makanan di mulutku habis tertelan. Pada suapan ke sekian aku merasakan sesuatu yang nikmat yang tak kudapati pada suapan sebelumnya. Setelahnya aku bergegas menemui nenek. Nek, cakar ayamnya enak, aku mau lagi.’ Cakar ayam? Laukmu hanya sayur bayam dan telur dadar, Nduk.’ Nenek tampak kebingungan. Demikian juga aku. Setelah kuamati ada yang aneh dari jari nenek yang memegang sendok. Aku menunjukkan keanehan itu dan kemudian nenek mengamati jemarinya. Kami sama-sama kaget, jari tangan itu tinggal empat. Satu kelingkingnya telah hilang. Jauh hari setelahnya aku baru tahu bahwa nanek menderita lepra. Tapi tak apa, aku tetap sehat dan jari kelingking nenek waktu itu juga terasa lezat.” Dia mengakhiri ceritanya dengan elegan sedangkan aku terpingkal-pingkal. Aku tahu bahwa tak baik menertawakan orang sakit tapi yang diceritakannya saat itu memang benar-benar lucu. /3/ Membaca atau Bercinta “Mas, kamu lebih suka membaca atau bercinta?” Pertanyaan itu diajukan kekasihku karena cinta kami memang diwarnai buku. Tempat kencan favorit kami adalah toko buku. “Bercinta.” Dia tahu aku tak bisa berdusta kepadanya dan aku juga tak pernah berniat mendustainya. Cinta kami senantiasa membara dengan bahan bakar buku. Selama tiga tahun masa pacaran, hal paling romantis yang kami lakukan adalah bercinta di atas hamparan buku. Membaca dan bercinta adalah hal yang tak terpisahkan dari kami tetapi kami tahu persis perbedaannya. Membaca bisa kami lakukan sendiri-sendiri tetapi bercinta harus kami lakukan bersama-sama. Dan dalam bercinta kami juga dapat saling membaca tubuh masing-masing. Untuk menjembatani kesendirian saat membaca, kami membeli buku yang sama lalu membacanya di saat terpisah. Kami akan membicarakan buku itu ketika bertemu. Sepanjang membaca buku itu, kami akan membuat catatan kecil di tiap halaman yang kami anggap perlu. Catatan itu terkadang cuma berisi hal sepele tapi akan menjadi menarik ketika di waktu berlainan dibaca pasangan. Begitu merampungkan pembacaan, buku itu saling kami tukar. Kami akan membaca kembali catatan kecil yang menjadi jejak baca masing-masing. Hal semacam itu menguatkan tali cinta kami. Kami tidak hanya terikat secara perasaan tapi juga secara intelektual. Akan tetapi, ikatan semacam itu rupanya tak cukup kuat untuk membawa kami ke jenjang pernikahan. Perbedaan keyakinan yang berbuntut mampatnya restu dari keluarga besar menjelma pisau pemisah. Untuk meringankan derita, kami tak menganggap keluarga sebagai sebab utama perpisahan, melainkan penghormatan atas keyakinan masing-masing. Nasib pun membawa kami bertemu dengan orang yang ditakdirkan menjadi pasangan kami. Dia dibawa suaminya ke seberang pulau sedangkan aku menyusun hidup baru di kota ini dengan isteriku. Kami telah terpisah hampir lima belas tahun, ketika secara tak sengaja bertemu kembali di toko buku yang dulu sering kami kunjungi. Kami sama-sama terkejut. Tanpa kusangka pertanyaan lama meluncur dari bibirnya dan di hadapannya aku masih tak kuasa berdusta. “Mas, kamu lebih suka membaca atau bercinta?” “Membaca.” “Kenapa? Jangan-jangan isterimu tak menggairahkan lagi ya, atau kamu sudah impoten?” Dia masih ceplas-ceplos seperti dulu dan menganggap pertanyaan itu sebagai lelucon. Aku hanya tersenyum. Tak menjawabnya lagi. Diam adalah cara terbaik untuk tidak berdusta kepadanya. Tapi tebakan keduanya itu hampir mendekati kebenaran. Sudah hampir tiga tahun ini aku menderita ejakulasi dini. Solo, 2015 Berdasarkanriset terkini, merasakan perasaan sedih bukanlah sebuah kesalahan. Ini adalah reaksi alami kita sebagai seorang manusia. Reaksi ini, seperti bersin atau batuk, sulit untuk kita kendalikan secara langsung. Namun satu hal yang bisa lebih kita kendalikan adalah perilaku kita ketika mengalami perasaan yang membebani. 4 menitBerikut beberapa contoh cerpen sedih yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Walau singkat, tapi isinya penuh dengan pesan moral! Cerita pendek atau cerpen adalah sebuah karya sastra yang sejak bangku sekolah dasar sudah dikenalkan kepada siswa. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, cerpen mulai benar-benar jadi bahan materi ketika siswa duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama SMP. Mengenai tema, cerpen bisa dibuat dengan banyak topik. Seperti topik ringan yang sering dialami oleh masyarakat pada umumnya. Beberapa topik cerpen yang menjadi favorit para siswa seperti cerpen motivasi, cerpen pengalaman pribadi, dan cerpen tentang sekolah. Selain beberapa tema di atas, cerpen sedih bisa menjadi alternatif tepat. Itu karena cerpen sedih relatif mudah dibuat dan relate dengan kehidupan sehari-hari. Nah, artikel ini pun akan memberikan beberapa contoh cerpen sedih singkat sebagai referensi. Penasaran? Mari kita ulas contoh cerita sedih selengkapnya! 1. Cerpen Sedih dengan Judul “Gagal Ulangan” Sudah dari sejak Jumat pekan kemarin, Bapak Asep memberi tahu kelas IX jika Rabu ini akan ada ulangan matematika. Namun, alih-alih belajar, aku dan Gisel justru menghabiskan akhir pekan dengan bermain di kebun binatang. Bukan, bukan karena tak mau belajar, tetapi aku sungguh lupa kalau Rabu ini akan ada ulangan matematika. “Seperti yang Bapak katakana Jumat kemarin, hari ini kita ulangan matematika, ya,” ungkap Bapak Asep. “Siap paakk,” seru semua murid. Jika semua murid sudah siap, aku dan Gisel mendadak pucat pasi lantaran sama sekali tak belajar untuk ulangan. Kami pun saling tatap cemas. “Aduh, kita lupa Caca kalau hari ini ada ulangan,” sebut Gisel. Aku hanya mengangguk menelan ludah karena takut gagal ulangan. Kertas ulangan pun disebar dari depan ke belakang. Aku yang sudah mendapat kertas ulangan dan melihat beberapa soalnya sejurus kian panik. Bagaimana tidak, hampir semua soalnya aku tak bisa mengerjakan. Andai aku belajar, mungkin aku masih bisa untuk mengerjakan. Ulangan pun dimulai… Ketika semua murid tampak khusyuk mengerjakan, Aku dan Gisel malah sibuk menengok kanan dan kiri tak fokus. Di titik itu, aku sungguh pasrah. Aku mencoba mengerjakan apa yang aku bisa. Setelah ulangan selesai, semua murid mengumpulkan kertas jawaban. Antara lega dan takut, aku pun mengumpulkan kertas jawaban yang hampir pasti mendapat nilai buruk. Satu minggu kemudian. Setelah satu minggu berakhir, hasil ulangan matematika keluar. Satu per satu murid dipanggil untuk mendapat hasil ulangan mereka. Beruntung, Gisel yang waktu ulangan tak belajar mendapat nilai yang pas. Ia tak perlu lagi mengulang. Ketika giliranku dipanggil, Pak Asep bertanya lirih “Kenapa Caca nilai kamu jadi jelek?” Aku hanya tersenyum getir. Kemudian aku melihat hasil ulangan yang membuatku mengeluarkan air mata. Ya, aku mendapat nilai yang sangat kecil, mungkin paling kecil di antara teman satu kelasku. Tak ingin terlihat menangis, aku mencoba menahan air mata agar tidak keluar. Pak Asep lalu mengumumkan kalau ada siswa yang nilainya di bawah 6 harus mengulang kembali ujian minggu kemarin. Sialnya, di antara yang lain hanya aku yang harus mengulang ujian. Setelah kejadian itu aku bertekad untuk belajar lebih giat, supaya hal serupa tidak terulang. 2. Cerpen Sedih tentang Kehidupan 3. Contoh Cerita Sedih Singkat dengan Judul “Perpisahan” Di sini, waktu seperti berhenti di awal tahun 2000-an. Semuanya serbamanual, semuanya serba-zaman dulu. Namun, hal itulah yang membuatku senang dengan kota ini. Kota paling indah, di mana aku bermain sejak kecil dan kini mulai tumbuh dewasa. “Kenapa kamu melamun, Melati?” tanya Bunga penasaran yang melihatku melamun sambil melihat jalan raya. Aku memang akhir-akhir ini sering melamun, menatap setiap jengkal kota kelahiranku. “Tidak ada apa-apa, aku hanya sedang menikmati kota ini,” jawabku. Bunga tak menjawab, ia hanya mengangguk memberikan sinyal jika ia mengerti. Besok hari datang, aku melakukan hal serupa, yakni kembali melamun. “Dari kemarin aku melihat kamu terus melamun, pasti ada yang tidak beres. Ceritakan masalahmu,” desak Bunga. “Meski kamu adalah sahabat dekatku, tak semua bisa aku ungkapkan semua masalahku,” jawabku. Mendengar hal tersebut Bunga justri kian penasaran. “Kita sudah berteman dari kecil, semua hal tentangmu aku sudah tahu. Kenapa kamu tiba-tiba begini?” ujar Bunga. Entah kenapa, mendengar hal itu aku malah emosi. “Jangan campuri urusan orang!” Aku pun pergi meninggalkan Bunga. Perbuatanku salah, tetapi emosi itu datang begitu saja. Bunga yang heran dengan sikapku, tampak juga ikut emosi karena ia merasa disalahkan. Berawal dari sana, aku dan Bunga tak lagi bertemu. Terhitung, sudah satu minggu aku tak berjumpa dengan Bunga. Padahal, dalam waktu dekat aku akan pergi, meninggalkan kota yang sejak kecil aku tinggali. Bunga datang ke rumah, meminta maaf karena sikapnya tempo hari yang seakan kepo dengan masalahku. “Maafkan aku Melati, aku sadar jika semua hal tak bisa diberi tahu. Maaf, ya.” Aku lantas memeluk Bunga, menangis sejadi-jadinya. Selain karena aku merasa bersalah, aku juga sadar kalau aku akan meninggalkannya. Aku pun lalu menceritakan apa yang terjadi. Jika aku akan pindah bersama keluarga ke luar Pulau. Bunga semula tak menerima karena kita berjanji untuk bersahabat selamanya. “Tak mengapa, jarak hanyalah jarak. Jangan sampai persahabatan kita luntur karena hanya jarak,” ungkap Bunga. Kita pun berpelukan sambil menangis. Dua orang sahabat yang esok hari tak bisa saling jumpa kembali. *** Itulah beberapa contoh cerpen singkat sedih. Semoga cerita sedih singkat di atas bermanfaat, Property People. Baca artikel menarik lainnya di Segera ikuti Google News agar kamu tak ketinggalan berbagai informasi menarik. Pesona Prima Cikahuripan 5 & 6 dapat menjadi pilihan tepat jika kamu sedang berburu rumah di daerah Cileungsi, Bogor. Informasi lebih lengkap, klik dan karena kami selalu AdaBuatKamu. Cek sekarang juga! ***sumber gambar Cerpententang virus corona adalah cerita pendek yang inspiratif menceritakan tentang kehidupan dan cerita cerpen tentang virus corona di Indonesia yang mengajarkan makna jaga jarak dan mencuci tangan dimasa pandemi ini. Cerpen tentang pandemi virus corona dengan judul sebuah awal perjalanan, bisa dijadikan referensi untuk menulis cerpen bahasa Cerpen Karangan Annisa Adinda PutriKategori Cerpen Persahabatan, Cerpen Sedih Lolos moderasi pada 2 March 2014 Hari ini adalah hari ulang tahunku yang ke-14 tahun, mungkin apa yang aku inginkan sama seperti apa yang ku mau pada tahun-tahun sebelumnya yaitu hanya ingin bertemu dengan seorang sahabat kecilku yang sudah dari 4 tahun yang lalu tidak pernah terdengar kabarnya. Malam ini seperti biasa aku akan merayakan sendiri ulang tahunku di tepi danau yang sering aku kunjungi saat masih kecil bersamanya, ia adalah seorang sahabat yang swlalu ada saat aku sedih maupun senang, setiap hari saat bersamanya aku selalu tersenyum, walaupun aku tetap merasakan sakit yang sudah lama aku derita, tetapi saat ada dia semua rasa sakit itu hilang dan diganti dengan rasa senang dan gembira. Benar saja! aku adalah seorang gadis yang mengidap kanker otak sejak aku berumur 8 tahun, penyakit ini tidak pernah membuat dia pergi meniggalkanku, tetapi sebaliknya ia lah yang selalu mendukungku, ia yang selalu berusaha membuatku tersenyum saat aku merasa terpuruk akibat penyakit ini. Sampai pada akhirnya aku tau ia sudah tiada, ia mengidap kanker darah yang lebih awal ia rasakan sebelum aku divonis oleh dokter, ia tidak pernah memberitahuku tentang penyakitnya. sampai saat itu ternyata ia pergi ke singapura untuk berobat, tetapi tubuhnya menolak obat-obatan yang diberi oleh dokter akibat tubuhnya yang belum kuat menerima reaksi dari obat-obatan tersebut, akhirnya ia meniggal dunia. aku yang mendengar kabar itu hanya bisa menangis dan berfikir apakah aku akan seperti itu. Semua kenangan yang ia berikan kepadaku hanya bisa membuatku semakin rindu akan hadirnya. sampai aku merasakan sedih yang sangat mendalam, sampai pada akhirnya aku merasakan ia mendatangiku dan mengajakku pergi bersamanya, dan itulah saat-saat aku pergi untuk selamanya dari dunia ini. Pada akhirnya semua keinginanku terwujud, sekarang aku bahagia bersamanya dalam suatu keabadian… Cerpen Karangan Annisa Adinda Putri Facebook Annisa Adinda Ini adalah cerpen pertamaku! maaf ya kalau masih jelek, soalnya aku juga masih pemula Cerpen Sahabat Kecilku dan Penyakit Yang Aku Derita merupakan cerita pendek karangan Annisa Adinda Putri, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya. "Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!" Share ke Facebook Twitter WhatsApp " Baca Juga Cerpen Lainnya! " Selamat Tinggal Kakak Oleh Ali Arsa Ali adalah seorang anak tunggal yang hidupnya dipenuhi dengan kesendirian. Ayahnya tewas sejak Ali berumur 6 tahun, saat itu Ayah Ali menjadi korban tabrak lari. Sekarang Ali hanya ditemani Secerca Harapan Menunggumu Oleh Diah Kumalasari Ku pijakkan langkah demi langkah pada setapak jalan ini. Kaki ini mengalun secara perlahan, mengikuti alunan lembut udara pagi. Mega sang surya memberikan warna untuk langit dan berikan kecerahan Confused Part 3 Oleh Ambarwati Akhirnya Rendy dan Debby sampai di kota tercintanya. Namun, mereka tak langsung pulang tetapi mampir dahulu ke sebuah kedai santai. “Ren, bentar lagi aku yakin pasti kamu dapetin dia.” Aku Ranita Oleh Fadhilatul Hasnah “Nita!” suara merdu itu memanggil namaku dari kejauhan. Aku menghentikan langkah dan menoleh kembali ke arah gerbang sekolah. Tampak Rani, sahabatku, berlari kecil ke arahku. Rambut hitam berkilau bak Tengkleng Solo Oleh Aisy Mukiya “Yakin tidak ada yang tertinggal,” Tanya Bang Rey ketika aku memasukkan satu buku kecil ke dalam saku tas. Aku menggeleng, mengangkat tas rangsel dan menggendongnya di punggung. Penerbangan masih “Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?” "Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan loh, bagaimana dengan kamu?" KumpulanCerita Lucu Judul Cerpen Yang Bagus Tentang Cinta from punyacerita28.blogspot.com. Aku relakan dia menikah dengan yang dia sukai. Berikut ini merupakan kumpulan cerpen sedih terbaru karya para sahabat cerpenmu yang telah diterbitkan, total diketemukan sebanyak 2485 cerita pendek untuk kategori ini.
Cerpen Karangan Nada LinaKategori Cerpen Persahabatan, Cerpen Remaja, Cerpen Sedih Lolos moderasi pada 26 May 2017 Mentari pagi bersinar cerah hari ini menyilaukan mataku seakan memaksaku untuk bangun dan melakukan aktivitas yang paling kubenci, apalagi kalau bukan sekolah. Aku menarik selimut dengan malas dan segera beranjak dari tempat tidur untuk segera mandi. Aku benci sekolah, mereka bilang ini menyenangkan namun bagiku ini terlihat seperti penjara, juga rumahku ini yang tak terasa seperti rumah bagiku. “Lira, sarapan udah siap” panggil mamaku dari dalam ruang makan dan tanpa menjawabnya aku langsung menuju ruang makan dan ada satu hal tak dapat kuartikan yang membuatku menitikkan air mata. Setelah semuanya telah siap kami bergegas untuk melakukan aktivitas di luar, dan seketika itu “Lira, ibu akan mengantar kak Lira dan ayah akan langsung menuju kantor karena ada meeting mendadak, kau bisa berangkat sendiri kam?” kata katanya lembut namun menyakitkan, dengan perasaan kecewa kupaksakan diriku untuk tetap tersenyum “Tidak apa apa, suatu hari nanti pasti akan ada waktu” tidak apa apa, toh hal ini setiap hari terjadi padaku. Aku meninggalkan mereka lebih dulu dengan perasaan kecewa, biasanya aku dapat berjalan cepat namu entah kenapa hari ini rasanya lambat dan nafasku tersengal mungkin terlalu banyak menahan air mata sehingga rasanya sesak sekali, “Jangan menahan air mata, lebih baik tumpahkan saja, berteriaklah jika kau mau” mungkin benar kata orang orang tak seharusnya aku menahan air mata dan kini rasanya membuat dadaku semakin sesak dan ingin berteriak. Di sekolah pun semuanya sama saja, semua orang memandangiku dengan tatapan membenci, seolah aku ini adalah hama yang harus secepatnya dibasmi. Hal hal seperti ini sudah terjadi kepadaku sejak awal tahun dan sepertinya hal ini telah merekat erat di dalam diriku, aku berusaha untuk tak menghiraukan tatapan mereka dan aku berusaha untuk tidak menangis walau sebenarnya aku ingin, aku selalu berharap semua akan berakhir. Seperti biasanya hari hari yang kujalani tak pernah berubah sedikit pun. Aku lelah, sungguh! Aku berharap waktu segera berputar dengan cepat agar aku dapat melihat hasil akhir, tapi kadang menyakitkan juga jika apa yang kita inginkan tak sesuai dengan apa yang kita dapatkan, sungguh menyakitkan. “Hey Lina! Kau tahu hari ini kau dapat surat dari penggemarmu, hebat bukan!” ucap Devina seraya bertepuk tangan kecil dan berpaling menjauh, aku tak mengerti maksudnya dan tanpa berpikir panjang aku membuka satu persatu surat dari mereka, “Hey Jelek! Apakah kau tidak bosan hidup”, “Hey! Sadar dirilah, kau bahkan tak pantas untuk tersenyum”, “kau pasti telah berharap bahwa kebahagiaan akan selalu ada bukan? Haha.. jangan terlalu banyak bermimpi!” itu semua adalah sebagian dari surat mereka, sungguh menyakitkan namun inilah takdir dan aku telah ditakdirkan seperti ini, namun ada satu hal yang membuatku bertanya tanya hingga tanpa kusadari aku mulai menitikkan air mata dan peranyaan itu adalah “Apa salahku kepada kalian? Apa aku tak pantas bahagia? Aku aku akan seperti ini? Di masa depan nanti, apakah akan sama seperti ini saja, jika tidak aku akan bersyukur dan jika ya mungkin aku tak akan sanggup hidup lebih lama. Bel pulang sekolah berbunyi dan semua siswa bergerombongan menuju pintu gerbang sekola, semua tampak memiliki pasangannya sendiri sendiri “pasti menyenangkan memiliki seorang teman” desahku dalam hati lalu meninggalkan ruang kelas. Aku berjalan dengan tak bersemangat menuju rumah, aku lelah dan segera ingin merebahkan diriku di kasur. Aku membuka pintu dan tak ada orang di sana, namun aku mendengar suara berisik dari balik dapur, keluarga kami tampaknya sedang bercanda sembari membuatkan kue ulang tahun. “Hai” sapaku singkat namun penuh harap, semua orang tampak terkejut melihatku sampai sampai tak ada yang menjawab sapaanku hingga akhirnya ayah angkat bicara “Hey, kau sudah pulang? Sejak kapan?” tanyanya, aku mengernyitkan dahi dan memiringkan kepalaku, apa maksudnya? Jadi selama ini mereka tak tahu mengenai jadwal jadwal sekolahku? Sepeti jam berapa biasanya aku pulang, jelas sekali bukan? “ya, sudah sekian lama aku berdiri di sini. Oh ya, ngomong ngomong apa yang kalian lakukan? Aku bertanya kembali kepadanya, namun kini yang menjawab adalah ibu “Kami sedang membuatkan kue ulang tahun untuk kak Lina” jawabnya singkat, aku melihatnya dengan penuh saksama dan sepertinya dia sedang bersungguh sungguh agar masakannya tetap dalam kualitas yang bagus, “uhm, ibu apa kau ingat hari ulang tahunku?” aku mendelik malu, pertanyaan konyol yang memalukan, bagaimana bisa orangtua melupakan ulang tahun anaknya “maaf, pertanyaanku bodoh, aku lelah dan ingin istirahat” aku meninggalkan mereka. Aku merebahkan tubuhku di kasur dan sesekali aku mendesah ringan. Kecewa, sedih, marah semua tercampur menjadi satu tak karuan. “semoga esok menjadi hari yang lebih baik” doaku sebelum tidur, harapan besar yang kunantikan. Pagi hari ini aku tak ingin terlambat karena aku percaya akan ada hari baik, jadi sekeras apapun aku akan menerimanya. Aku memasuki ruang kelasku dan tak lama kemudian seorang guru datang dengan seorang perempuan, “selamat pagi” sapanya dengan penuh ramah “selamat pagi” semua siswa serentak menjwab dam tak beberapa lama kemudian beliau mempersilahkan gadis itu memperkenalkan diri, aku dapat melihat pipinya yang merah merona seakan akan ini pertama kalinya dia pindah sekolah dan menatap wajah baru. “hai, namaku Ella, aku harap kita bisa jadi teman” aku mendengar ucapannya yang berat, benar benar indah. Ella duduk di sampingku karena kursi itulah yang tersisa untuk dia, dengan waktu singkat aku mulai akrab dengannya terkadang dia merengek seperti anak kecil namun terkadang dia cerewet seperti orang dewasa, namun inilah yang kusuka darinya. “Lina, hari ini aku senang sekali” dia menundukkan wajahnya membuatku tak dapat melihat ekspresi wajahnya “apa? Kenapa” tanyaku keheranan dan dengan perlahan ia mengangkat kepalanya dan aku mengerti, dia tampak seperti baru menitihkan air mata, “hey, ada apa” aku takut jika aku membuatnya menangis namun kemudian ia mendongak dan berkata “terima kasih” sembari tersenyum lebar. Aku tak dapat mengartikan ucapannya dan ekspresi wajahnya itu, apa maksudnya? Tapi hari ini aku tak ingin memkirkan hal itu, aku bersyukur karena ada sedikit kebahagiaan yang datang dan sebagai rasa syukurku aku berjanji akan menjaganya dan tidak menyakiti perasaannya karena dia begitu berarti bagiku, “Hey, aku memanggilmu dari tadi tapi kau tak dengar, kenapa? Terlalu sibuk melamun? Apa sih yang kau lamunkan?” Kata kata itu, tak salah lagi dia adalah Ella, aku menoleh dan ternyata benar aku segera mengusap air mataku dengan punggung tanganku, dia melihatku dengan tatapan aneh dan kemudian tersenyum lebar sembari mengulurkan tangannya, “terima kasih” lirihku, terlalu lirih sehingga tak terdengar. Di ruang perpustakaan kami tak berbicara satu sama lain hingga akhirnya Ella yang memulai pembicaraan “hey terlihat sedang tidak baik baik saja, ada apa” tanyanya lirih namun tetap terdengar, aku hancur namun aku tak ingin terlihat seperti itu di depannya jadi kupaksakan diriku untuk tetap tersenyum, “tidak, aku baik baik saja” aku berusaha menyembunyikan perasaanku yang sesungguhnya namun tak berhasil, dia tetap dapat membaca perasaanku dengan jelas seolah sudah sangat lama mengenalku, “kau berbohong, aku tahu kau sedang memikirkan sesuatu, katakan saja aku akan mendengarkan semuanya” kata katanya itu benar benar menyentuh membuatku tak tahu harus menjawab apa hingga akhirnya kata yang keluar dari mulutku adalah “terima kasih”. Seseorang tiba tiba saja melempariku secarik kertas, entah apa maksudnya mungkin dia ingin memberi tahu sesuatu jadi aku langsung membukanya dan isi suratnya benar benar menyakitkan tak dapat kuterima, aku mulai menitikkan air mati menangis tersedu sedu hingga Ella datang menenangkanku. Aku berlari menuju cermin, “apakah aku sejelek itu” lirihku, namun tiba tiba seseorang menjawabku dengan suara lembutnya “tidak, kau adalah gadis baik”. Itulah yang diucapkannya. Aku menoleh ke belakang memastikan siapa yang mengatakan itu dan ternyata Ella, aku mulai menangis dan dia memelukku erat. “Ayo” Ella tersenyum sambil mengulurkan tangannya, aku membalas senyumnya dan menjabat uluran tangannya. Saat berada di perpustakaan tiba tiba Devina dengan teman temannya mendatangi kami, aku tidak tau apa yang diinginkannya karena dia tiba tiba saja menarik tangan Ella dan mengatakan sesuatu, aku tidak bisa mendengarnya tapi aku sedikit khawatir. Semenjak saat itu Ella semakin menjauhiku, entah apa masalahnya tapi aku yakin bahwa dia tidak sebenarnya menjauhiku, hanya saja ia dipaksa. Meskipun begitu aku tetap saja merasa aneh dengan dirinya, tidak seperti biasanya yang selalu cerewet, Ella menjadi sedikit aneh dan aku jadi sedikit khawatir. Hari ini aku mencoba mendekatinya, namun dia menjauhiku “maafkan aku” ucapnya, aku tak mengerti jadi aku ingin bertanya padanya “ada apa?”, dia tidak menjawab sebentar dan kemudian menghela nafas “tidak apa apa” kemudian pergi meninggalkanku. Aku tidak mengerti apa maksud dari kata katanya, tapi aku yakin ia tidak baik baik saja, “Ella aku sungguh merindukan persahabatan kita” lirihku. Pagi hari ini kepalaku terasa berat dan dadaku terasa sesak dan sepertinya hanya sedikit oksigen yang masuk ke dalam paru paruku, mungkin karena terlalu berfikir. “Lina, kau tidak apa apa?” tanya ibuku, sepertinya ia khawatir dan ini pertama kalinya aku dikhawatirkan, “aku baik baik saja” ucapku, namun dia tetap saja merasa khawatir, apa sakitku separah itu sampai sampai ibuku yang selalu tak memperhatikanku kini menjadi sangat khawatir padaku, “aku tidak apa apa bu” aku mencoba meyakinkan ibuku dan diriku sendiri. Di saat pelajaran olahraga aku terpaksa harus ikut padahal badanku sedang tidak sehat, hari ini akan ada semacam tes dan aku berharap semoga aku dapat menjalani tes ini dengan baik walaupun kondisiku sedang tidak memungkinkan. Sebelum olahraga dimulai kami akan melakukan pemanasan dengan berlari mengitari lapangan sebanyak lima kali, biasanya aku dapat mengatur nafasku agar tidak terengah engah saat berlari namun kali ini aku tidak dapat melakukannya, berlari dua kali saja rasanya sudah hampir kehabisan nafas dan dadaku semakin sesak, aku tidak ingin semua orang mengetahuinya jadi aku hanya menahannya hingga tes berakhir. Saat pelajaran Matematika aku tak bisa berhenti merintih, ini benar benar menyakitkan. Aku berusaha agar rintihanku tidak terdengar dan aku akan menahannya hingga jam pelajaran berakhir, Ella semenjak tadi selalu melirik ke arahku dan wajahnya menggambarkan kekhawatiran. Bel berbunyi empat kali pertanda akan pulang, saat hampir berdiri tiba tiba saja kakiku sulit digerakkan dan ini membuatku semakin takut, Ella menuju ke arahku “kau baik baik saja?” ucapnya sambil menepuk bahuku, aku tidak bisa melihat wajahnya karena aku sedang menunduk, namun aku dapat mendengar suaranya yang penuh kekhawatiran. Aku menangis ketakutan, “Ella, kakiku tidak dapat bergerak dan dadaku semakin sakit. Apa ada yang salah denganku? Dengan kesehatanku? Apakah ini parah? Separah apa?” aku terus menerus melontarkan pertanyaan pertanyaan padanya dan tangisanku semakin menjadi jadi, dia mencoba menenangkanku dan disaat itu aku terjatuh di pelukannya. Saat terbangun tiba tiba saja aku berada di sebuah Rumah Sakit, “apa separah itu?” batinku. Tiba tiba saja orangtuaku datang dan memelukku erat, ini pertama kalinya mereka memelukku jadi aku senang saat mendapat pelukann mereka yang begitu hangat, saat sedang berbicara tentang apa yang terjadi padaku tiba tiba saja dokter datang memanggil orang tuaku “semoga bukan berita yang buruk” doaku, kemudian ibu dan ayahku pun mengikuti dokter itu. Tak beberaa lama kemudian mereka kembali dan berkata bahwa aku diperbolehkan untuk pulang, “Lira kau diperbolehkan pulang namun akan lebih baik jika kau tidak berolahraga dan jangan biarkan dirimu terlalu kecapekan” pesan dokter padaku, aku hanya tersenyum dan menangguk mengerti. Kemudian kami bersiap siap meninggalkan Rumah Sakit, syukurlah bukan masalah serius dan semoga saja memang benar. Di rumah ayah ibuku menjadi sering memperhatikanku dan ini membuatku benar benar senang namun juga sedikit khawatir, aku khawatir terhadap kak Lina. Di saat makan malam kak Lina tidak ikut bersama kami, aku menjadi sedikit khawatir jadi aku ingin menemuinya sekaligus meminta maaf padanya, namun ibuku melarangku dan aku tidak ingin membantah, meskipun niatku baik namun ibuku melarangku aku tidak akan melakukannya. Hari demi hari keadaanku semakin memburuk dan disaat itulah orangtuaku baru saja memberitahuku tentang penyakit yang kuderita, “Lira, maafkan ibu karena telah merahasiakan ini darimu” ucap ibuku semari menahan tangis, aku tidak mengerti apa maksudnya “dokter mengatakan kau sebenarnya tidak baik baik saja, sakit yang kau derita selama ini bukan sakit biasa” perkataan ayahku itu semakin membuatku tidak mengerti dan aku sedikit ketakutan, ibuku menghela nafas dan berkata “kau menderita kanker paru paru dan karena sudah lumayan parah sampai sampai menyerang otak”, aku terkejut dan kecewa dengan mereka semua yang merahasiakannya dariku, disaat keadaanku sudah seperti ini semuanya baru mengatakan apa yang sebenarnya terjadi, benar benar menyakitkan. Di malam hari aku tidak dapat berhenti menangis, bukan karena kecewa melainkan karena aku sedang menahan sakit, kepalaku benar benar berat dan lagi lagi oksigen yang kuhirup rasanya seperti hanya sedikit. Aku tidak dapat tidur dengan nyaman dan ibuku menjadi sangat mengkhawatirkanku. Pagi hari ini aku tidak langsung menuju sekolah, melainkan menuju rumah sakit. Dokter berkata keadanku memang sudah semakin parah sehingga dokter terpaksa memasang alat pembantu nafas untuk berjaga jaga jika aku paru paruku tidak dapat menerima oksigen. Aku benci ini, namun aku terpaksa menggunakannya untuk hidup, terkadang aku berfikir bahwa hidup tak adil namun inilah kenyataan. Keesokan hari lebih parah dari hari sebelumnya, mereka menertawakanku atas apa yang ada di wajahku. Aku membenci benda ini, rasanya benda ini membuatku terlihat lemah dan semua temanku menjadi semakin membenciku. “Lira ada apa denganmu?” Ella bertanya padaku dengan wajahnya yang khas, “aku tidak apa apa” jawabku semari dengan senyum khasku, ia memiringkan kepalanya seperti tak percaya “bagaimana kau bisa bilang kau baik baik saja? Sudah jelas Devina dan teman temannya telah menertawaimu dan benda yang ada di wajahmu itu pasti bahan tawaan mereka bukan?” ucapnya panjang lebar dan disaat aku angkat bicara ia memutusnya “pasti kau sedang menderita, namun aku tidak peduli karena kita akan selalu bersama dan jangan sungkan untuk mencurahkan semua isi hatimu” ia tersenyum dan pergi meninggalkanku yang masih mematung. Hari demi hari keadaanku semakin memburuk dan aku terpaksa harus dirawat di rumah sakit, hari hari yang kujalani hanyalah berbaring dan minum obat terkadang juga suster menyuntikkan sesuatu ke tubuhku, sungguh membosankan namun harun tetap dijalani, aku hanya ingin sembuh dan aku belum siap meninggalkan mereka semua. Aku berusaha untuk bertahan dan semoga aku dapat melewati semua ini, sudah seminggu aku berbaring di atas kasur dan keadaanku tidak semakin membaik melainkan semakin memburuk, namun meskipun begitu aku tetap berusaha dan mengharapkan keajaiban datang. Teman temanku datang menjengukku, bahkan Devina juga ada datang menjengukku, aku sungguh bahagia disaat saat terakhir dalam hidupku mereka mau menjengukku, “Lira, kami harap kau cepat sembuh, dan kemudian kita bermain bersama, maafkan kami atas yang telah kami lakukan selama ini, kami harap kau mau memaafkan kami dan menganggap kami teman dan kami sudah menganggapmu teman kami” ucap devina panjang lebar, semua orang menangis. Disaat yang seperti ini aku merasa bahagia karena mereka telah menganggapku teman, namun sepertinya aku tidak dapat bertahan lebih lama lagi, aku pergi meninggalkan mereka dan tidak akan kembali lagi untuk selamanya. Untuk Ella Saat kita pertama kali bertemu dan kau mau menjadi sahabatku aku sangat berterimakasih terhadap Tuhan atas apa yang diberikannya padaku, yaitu seorang sahabat yang sungguh baik. Aku merasa takut bahwa aku akan kehilanganmu disaat kau tiba tiba saja menjauhiku. Kau tahu? Aku sangat bahagia saat kau begitu mengkhawatirkanku, wajahmu benar benar lucu hingga rasa sakitnya hilang dan berubah menjadi tawa. Aku menulis surat ini karena aku tahu aku tidak akan bertahan lama lagi, ku harap kau masih tetap menganggapku teman, meskipun aku telah tiada. Maaf karena aku tidak dapat membalas semua yang telah kau berikan padaku dan terimakasih atas segalanya, terimakasih karena telah menganggapku sebagai temanmu, sekali lagi terimakasih. Cerpen Karangan Nada Lina Facebook nadalina ini pengalaman pertama saya, mohon bantuannya Cerpen Kesedihan, Rasa Sakit, Persahabatan merupakan cerita pendek karangan Nada Lina, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya. "Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!" Share ke Facebook Twitter WhatsApp " Baca Juga Cerpen Lainnya! " Karena Kita Adalah Sahabat Oleh Sellanisa Salsabilla Namaku Ragatha abraham. Remaja perempuan kelas 3 SMP di salah satu sekolah negeri yang ada di Jakarta. Kata teman-temanku aku mempunyai sifat seperti laki-laki, pemberani, jahil, namun emosian. Aku Malaikat Kecil Tak Bersayap Oleh Fuji Paujia Pahmawati Jia adalah seorang anak perempuan yang cantik dan baik hati. Ia merupaakan buah hati dari keluarga Wijaya dan Maria. Jia lahir di Puncak Situ yang sampai sekarang menjadi tempat Menunggu Waktu Yang Tak Kian Pasti Oleh Ika Trisnan Desederia Namaku ranty. Aku mempunyai banyak sahabat yaitu novi, ida, yumi, devi, nabilah, yahla dan dina. Disini aku tidak akan bercerita tentang persahabatanku, melainkan tentang rasa suka ku kepada ali. Hujan di Medan Senja Oleh Dwimas Anggoro Hujan di Medan Senja, Satu persatu air dari awan kelabu yang menggantung di atas langit mulai menjatuhkan diri, terhempas kedalam peluk bumi. Membuat jalanan becek, genangan air beriak-riak teriak. Sepatu Berdebu Oleh Muhammad Irsyad Aku perlahan berdiri, menyingkir sejenak dari kursi dan meja yang dingin, kemudian beranjak pergi menuju jendela di sudut kantor, tempat di mana aku berada. Terlihat dalam bayang-bayang kaca, wajahku “Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?” "Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan loh, bagaimana dengan kamu?"

Cerpenkegiatan sehari hari artikel anak sekolahan mar pada hari itu mengawali kegiatan sehari harinya dengan melaksanakan salat subuh batang bagian atas tak mungkin hidup bila ditanam pelajaran bahasa dan sastra indonesia untuk sma mirip cerpen tentang kehidupan sehari hari my photo on blogger since may profile views my blogs cerpen about.

1HIDDEN PAIN [END]oleh 🍃Dari sekian banyaknya rasa sakit, kenapa dari keluarga yang paling mengesankan rasa sakitnya. *** Highest Rank 3 in Brokenhome [26Sep2021] Highest Rank 1 in Anaksma [1... 2Transmigration Perubahanoleh babyzloraFiguran? Ah yang benar saja. Anandhira Azahra harus mati karena jatuh dari tangga, dan parahnya ia tidak masuk surga atau neraka gadis ini justru memasuki raga seorang F... 3TURTLE Endoleh ByKura-kura itu hidup nya dapat 100 tahun lebih lama, tidak langka dan banyak jenis nya. Alea ingin seperti kura-kura hidup lebih dari 1 abad. Panjang umur biar bisa tumbu... 5The Secret Shila [END]oleh 🦋[FOLLOW SEBELUM MEMBACA AGAR TIDAK KETINGGALAN INFO TENTANG CERITA INI] ____ "Sebuah rahasia yang berakhir duka." ____ Ini kisah tentang Shila Nashyta Winata... 8DIO or GIOoleh Fino Idapa jadinya seseorang yang terkenal dingin dan kejam, Harus bertransmigrasi ke tubuh seorang anak yang terlahir dengan di beri penyakit yang membuat dia harus menderita... 9ANGKASA ENDoleh sisca damayantiSelamat membaca cerita Angkasa dan Raisa❤❤ Bercerita tentang. Angkasa Saputra Wiratama. Murid laki-laki paling berpengaruh di SMA Merah Putih. Selain karena seorang anak... 11Goresan ARABBELoleh buah berry"it hurts when I make a promise" Arabbel pikir ia sudah bebas, tapi ternyata tidak. Itu semakin parah. Sesak dan kesakitan sudah menjadi makanan sehari-harinya... 13FERO On Goingoleh fer. agah nugrahaFero dengan segala luka nya. Ga bisa nulis deskripsi cerita. Penasaran? Tinggal baca GRATIS. Asal VOTE *osteosarcoma *bunda *daddy *anak tengah *di abaikan 1 "KANK... 15Minggu terakhiroleh FaniraP"Karena kamu memang pengen aku menghilang, baiklah, aku akan menghilang. Tapi aku minta satu syarat." "Biarkan ini jadi Minggu terakhir aku bersamamu. Dan... 16Story Zoyaoleh njuaZiya dan Zoya adalah seorang kakak beradik yg diperlakukan berbeda oleh orangtuanya. Ziya Exelyn Alatas adalah putri pertama ayah Adnan Farris Alatas dan bunda Elmira M... 17COMPLICATED FEELINGS [ON GOING]oleh taca[SEBAGIAN CHAPTER DI PRIVATE, FOLLOW AUTHOR TERLEBIH DULU SEBELUM MEMBACA] Keyna Slavionna Gherson, gadis yang selalu di jadikan ratu oleh sang kekasih. Selama 2 tahun m... 18S E N J A [END]oleh Meir TsabitaFollow dulu author nya! PLAGIAT DI HARAP MENJAUH‼⚠❗❗ _________________________________ Athena Senja Maharani nama indah orang nya pun indah. Senyum yang menawan dapat me... 20Maura and Fiction Worldoleh RadinaMaura Astara, adalah gadis remaja yang gemar membaca cerita fiksi. Memiliki kehidupan normal layaknya remaja lainnya, hanya kurang beruntung di kisah percintaan saja, ka...
Contohcerpen singkat, lucu, romantis, sedih tentang percintaan,. Percakapan bahasa inggris 4 orang tentang hobi. Contoh dialog bahasa inggris 4 orang tentang hobi. Pada Contoh Dialog Bahasa Inggris Tentang Hobi Dibawah Ini, Kami Juga Sertakan Arti Bahasa Indonesia Nya. Naskah drama bawang merah bawang putih dalam bahasa inggris.
Cerpen Karangan AnitaAlfaKategori Cerpen Keluarga, Cerpen Sedih Lolos moderasi pada 3 March 2021 Sebaik apapun caramu berpamitan, perpisahan akan tetap menyakitkan’. Ingat satu kalimat itu sampai kamu benar-benar tahu definisi sakit yang sesungguhnya. Hidup ini ini penuh kejutan, kamu tidak akan bisa menebak sesuatu yang akan terjadi pada detik selanjutnya. “Resha kok nangis, kenapa?” Pria yang masih mengenakan setelan jas kantornya itu datang lalu berjongkok di depan gadis kecil yang sedang menangis sembari terduduk di lantai ruang tamu. “Echa jatuh, Pa.” adu anak berusia sekitar tujuh tahunan itu sembari terisak tangis. Pria yang disebut papa tersebut lantas tersenyum sembari mengusap air mata putrinya. “Masa gini aja kamu nangis sih?” “Tapi kan sakit, Pa. Echa nggak kuat.” Resha menunjukkan siku kanannya yang lecet. “Tuh, Pa. Siku Echa ada darahnya.” Pria berumur tiga puluhan itu meraih lengan anaknya kemudian membersihkan bercak darah yang ada pada lukanya. Resha merasa lebih membaik setelah papanya meniup lukanya berkali-kali. Seolah sihir, entah bagaimana bisa sakitnya langsung hilang begitu saja. “Tangan Resha masih sakit, nggak?” tanya pria itu. “Enggak sakit lagi, Pa.” “Tadi katanya sakit?” Resha bungkam menatap wajah lembut papanya. Dia bingung. Tadi sebelum papanya datang luka itu terasa sangat sakit sekali, karena itulah dia menangis. Tapi setelah papanya datang sakitnya benar-benar lenyap entah bagaimana bisa. Pria itu membantu Resha berdiri setelah itu membawanya duduk ke sofa. “Resha mau papa kasih tau nggak?” Resha mengangguk polos. “Mau,” “Luka itu sebenarnya nggak sakit. Saat kamu jatuh dan terluka maka otak kamu yang akan lebih dulu merespon. Jadi kalo Resha berpikir Resha kuat saat terjatuh, rasa sakit itu nggak akan pernah ada, Nak.” Resha tidak mengerti sama sekali dengan penjelasan papanya. Dia memiringkan kepalanya karena tidak paham. “Resha ngerti maksud papa?” Dengan polosnya Resha menggeleng pada papanya. “Echa nggak ngerti, Pa.” Pria itu terkekeh geli. Merasa gemas dengan putrinya lalu mencubit pipinya. “Maksud papa, kamu harus berpikir bahwa kamu itu orang yang kuat. Jadi saat kamu terjatuh, kamu tidak akan menangis karena luka apapun.” “Echa kan masih kecil, Pa.” “Iya, Resha memang masih kecil sekarang. Tapi Resha harus berlatih untuk tidak menangis saat terjatuh dan terluka. Resha nggak boleh nangis lagi ya kalau jatuh, masa luka kecil gitu aja nangis sih?” “Tapi Pa… rasanya emang beneran sakit. Papa kalau jadi Echa pasti nangis juga.” Lagi-lagi tingkah menggemaskan Resha mampu membuatnya terkekeh geli. Pria itu lalu meraih tubuh putrinya dan membawa dalam pangkuannya. “Resha tahu nggak, nanti saat kamu sudah dewasa, akan ada banyak luka yang lebih sakit dari ini. Tapi sebelum kamu merasakannya, papa mau Resha jadi anak yang kuat.” “Kenapa Echa harus kuat? Kan ada papa yang akan nolongin Echa kalo Echa jatuh lagi terus nangis.” kata Resha. “Kamu nggak bisa berharap lebih pada siapapun Resha, termasuk papa. Bagaimanapun juga nanti akan ada saatnya papa tidak bersama kamu lagi.” Resha mendongak memandang mata papanya yang tanpa sadar mengeluarkan sedikit air mata. Menyiratkan akan luka yang bahkan belum terjadi namun dapat dirasakan. Gadis kecil itu tampak bingung pada papanya. Kenapa? “Kok papa nangis sih? Papa kan nggak jatuh kayak Echa tadi, jadi papa nggak ngerasain sakit.” Pria itu mengusap wajahnya dengan punggung tangan, baru menyadari akan sesuatu yang seharusnya tidak ia tunjukkan di depan putrinya. Lalu sebisa mungkin dia kembali menunjukkan senyum lebar pada putrinya, menyembunyikan rapuh dalam dirinya. “Sakit nggak hanya disebabkan oleh jatuh. Resha harus tahu satu hal lagi, sakit paling dalam adalah kehilangan.” “Kemarin mainan Echa hilang, Pa. Tapi Echa nggak nangis kok, karena nggak ngerasain sakit.” cerita Resha dengan polosnya. “Resha belum paham. Nanti kalau kamu sudah dewasa kamu pasti paham, Nak. Mungkin hari ini papa masih bisa nolongin kamu saat kamu jatuh. Tapi untuk kedepannya papa nggak bisa janji.” “Kenapa?” “Karena ada saatnya nanti papa harus pergi. Dan kamu nggak boleh nangis ya saat waktu itu tiba.” “Papa pergi kemana? Echa mau ikut, Pa.” “Nggak bisa sayang.” “Kenapa? Echa kan pengin sama papa terus.” gadis itu menatap papanya dengan kecewa. “Kalau gitu Echa ingat pesan-pesan papa ya. Biar nanti kalo papa udah pergi, Echa bisa inget terus sama papa.” “Echa inget papa terus kok. Echa kan sayang sama papa.” “Kalau begitu janji sama papa, Echa nggak boleh nangis lagi karena alasan papaun. Pokoknya anak papa harus jadi orang yang kuat.” Pria itu menunjukkan jari kelingkingnya. “Echa janji nggak akan nangis lagi, Pa. Echa kan kuat.” gadis kecil itu menautkan jari kelingking mungilnya dengan jari papanya. Menunjukkan sebuah janji yang harus ia tepati sampai nanti. “Masa kuat? Tadi aja abis nangis.” gurau Pria itu membuat Resha kesal. “Ah, Papa! Echa tadi kan nggak sengaja nangisnya.” alasan Resha yang membuat pria itu lagi-lagi tersenyum gemas lalu mengangguk percaya. “Iyadeh papa percaya, anak papa emang kuat.” Resha tersenyum bangga pada papanya. Pria itu mengusap lembut rambut Resha sembari berkata “Inget pesen-pesen papa ya, Nak.” Resha hanya mengangguk polos. Dia tidak pernah mengira bahwa apa yang dikatakan papanya itu akan menyakitinya suatu hari nanti. Semenjak saat itu Resha benar-benar menepati janjinya untuk tidak menangis karena alasan apapun. Resha bahkan tak menangis sedikitpun meskipun dia terjatuh dari sepeda hingga kepalanya berdarah. 10 tahun kemudian… Hari ini, setelah sepuluh tahun lamanya, Resha baru sadar semua yang pernah dikatakan oleh papanya waktu itu. Resha mengerti bagaimana sakit yang sesungguhnya. Lebih sakit dari jatuh yang membuat sikunya berdarah kala itu. Lebih sakit dari semua sakit yang pernah dia rasakan. Dan hari ini untuk pertama kalinya dia mengingkari janjinya pada papa. Resha tak akan bisa berhenti menangis setelah ini. Kehilangan papa adalah mimpi terburuk yang selalu terasa nyata. Papa telah pergi meninggalkan Resha untuk selamanya. “Kenapa papa pergi ninggalin Resha? Resha udah nepatin janji, Pa. Tapi sekarang papa sendiri yang buat Resha ingkar janji. Papa yang buat Resha nangis.” perlahan suara isak tangisnya semakin jelas. Resha tak mungkin bisa tersenyum lagi setelah ini. “Resha ayo pulang. Mama tahu kamu belum bisa menerima ini. Tapi kamu harus belajar mengikhlaskan, Nak. Papa kamu akan sedih jika melihat kamu seperti ini.” Resha menatap mamanya sekilas, lalu beralih menatap kembali batu nisan yang terukir nama papanya disana. Dadanya sesak, tidak mudah menerima kenyataan yang bahkan dia sendiri tidak menginginkannya. “Papa nggak boleh pergi Ma! PAPA NGGAK BOLEH NINGGALIN RESHA! PAPA NGGAK BOLEH PERGI! Hiks! PAPAA!! Hiks!” Hari ini, di tempat terakhir papa. Resha menangis bukan karena luka, tapi rasa kehilangan yang sakitnya tak akan pernah bisa dipulihkan. Cerpen Karangan AnitaAlfa Blog / Facebook Tidak punya Anita Alfa, lahir pada 14 Desember 2004 di Tulungagung, Jawa Timur. Pelajar putih abu-abu yang hobby membaca dan menghayal. Akun ig anitaalfaa14, Wattpad AnitaAlfa. Buat kalian yang baca ini, cuma mau bilang AYO MENYERAH, NGAPAIN SEMANGAT’ haha. Cerpen Definisi Sakit merupakan cerita pendek karangan AnitaAlfa, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya. "Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!" Share ke Facebook Twitter WhatsApp " Baca Juga Cerpen Lainnya! " Pengalamanku Tentang Covid 19 Oleh Cintya Vidya Sasikirana Assalammualaikum semuanya. Namaku Cintya. Aku akan menceritakan pengalamanku tentang Covid 19. Suatu hari romo dalam bhs jawa artinya bapak sakit. Gejalanya adalah batuk berdahak, demam. Waktu itu bude Nanik, Pertemuan Terindah Oleh Alya Firdaus Kita bertemu melalui akun sosial media yang sedang booming pada saat itu. Dia menyapaku di pesan obrolan dengan kata-kata yang sering orang lain ucapkan ketika ingin berkenalan dengan lawan Mawar dan Vas Porselen Oleh Agata CW 1 Januari 2008 Aku mengayuh sepedaku dengan kencang tak peduli walau jalan ini curam. Hari ini untuk pertama kalinya aku pergi menonton film dengan Carissa, gadis yang aku sukai. Angel Oleh Selda Arifani Di sebuah sekolah SMA terdapat seorang cewek cantik yang menjadi primadona sekolah. Dia adalah Angel, yang kini duduk di bangku kelas XI. Dia adalah anak yang pintar, dan multitalent. Program Penurunan Berat Manja Oleh Ana Rifqi Jamil Melihat aksi tanteku yang lagi sibuk kejar-kejaran dengan Ifha, putrinya yang kelas dua SD, karena susah sekali disuruh mengerjakan PR, diriku teringat pada tulisanku yang akan Anda baca ini. “Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?” "Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!, melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan loh, bagaimana dengan kamu?"
5eCDLa.
  • v5pvmgumla.pages.dev/355
  • v5pvmgumla.pages.dev/325
  • v5pvmgumla.pages.dev/297
  • v5pvmgumla.pages.dev/178
  • v5pvmgumla.pages.dev/126
  • v5pvmgumla.pages.dev/429
  • v5pvmgumla.pages.dev/1
  • v5pvmgumla.pages.dev/218
  • cerpen sedih tentang penyakit